Kumpulan Hadist Riwayat Ibnu Majah :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ
الْحُبَابِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا (روه ابن مجة)
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا (روه ابن مجة)
“Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada
kami Zaid bin Al Hubbab telah menceritakan kepada kami Abdullah bin ‘Ayyasy
dari Abdurrahman Al A’raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berkorban) namun tidak berkorban, maka
janganlah ia mendekati tempat shalat kami.
”(HR.Ibnu Majah).[1]
”(HR.Ibnu Majah).[1]
Sedekah
yang utama:
ﺍَﻓْﻀَﻞُﺍََﺻﱠﺪَﻗَﺔِﺍَﻥْﻳَﺘَﻌَﻠﱠﻢَﺍْﻟﻤَﺮْﺍٔﺍُﻟْﻤُﺴْﻠِﻢُﻋِﻠْﻤًﺎﺛُﻢﱠﻳُﻌَﻠِّﻤُﻪُﺍَﺧَﺎﻩُﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻢَ
( روه ابن ماﺟﺔ)
“ sedekah yang lebih utama ialah bahwa
seorang manusia yang muslim belajar, kemudian mengajarkannya kepada seorang
muslim”.( HR. Ibnu Majah).[2]
Kasih
sayang mengatasi kemarahan:
ﺍِﻥﱠﺍﻟﻠﱠﻪَﺗَﻌَﺎﻟَﻰﻟَﻤﱠﺎﺧَﻠَﻖَﻟْﻠﺨَﻠْﻖَﻛَﺘَﺐَﺑِﻴَﺪِﻩﻋَﻞَﻧَﻔْﺴِﻪِ:ﺍِﻥﱠﺭَﺣْﻤَﺘِﻰْﺗَﻐْﻠِﺐُﻏَﻀَﺒِﻰْ
(روه ابن ﻣﺎﺟﺔ)
“sesungguhnya Allah Ta’ala setelah
menciptakan makhlukNya, menuliskan dengan tanganNya ( kemauan sendiri ) untuk
diriNya : sesungguhnya ksih sayangKu melebihi marahKu.” ( HR. Ibnu Majah dari
Abu Hurairah).[3]
Mengantar
tamu sampai kepintu:
ﺍِﻥﱠﻣِﻦَﺍﻟﺴُّﻨََّﺔِﺍَﻥْﻳﱠﺨْﺮُﺝُﺍﻟﺮﱠﺟُﻞَﻣَﻊَﺿَﻴْﻔِﻪِﺍِﻟَﻰﺑﺎَﺏِﺍﻟﺪﱠﺍﻥِ
(روه ابن ﻣﺎﺟﺔ)
“ sesungguhnya termasuk sunnah (kebiasaan
yang baik) seseorang keluar mengantarkan tamunya sampai ke pintu rumah.” (HR.
Ibnu Majah).[4]
Supaya
menghargai nikmat Allah:
ﺍُﻧْﻆُﺮُﻭْﺍﺍِﻟﻰَﻣَﻦْﻫُﻮَﺍَﺳْﻔَﻞَﻣِﻨْﻜُﻢْ‚ﻭَﻻَﺗَﻨْﻆُﺮُﻭْﺍﺍِﻟَﻰﻣَﻦْﻫُﻮَﻓَﻮْﻗَﻜُﻢْﻓَﻬُﻮَﺍَﺟْﺪَﺭُﺍَﻥْﻻَﺗَﺰْﺩَﺭُﻮْﺍﻧِﻌْﻤَﺔَﺍﻟﻠﱠﻪِﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ
(روه ابن ماجة)
“ memandanglah kamu kepada orang yang
kurang dari kamu dan janganlah kamu memandang orang yang lebih dari kamu,
dengan itu lebih wajar kamu tidak memandang enteng nikmat Allah kepada kamu.”
(HR. Ibnu Majah).[5]
مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيْدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ
عَنْه
“Barangsiapa yang mengambil
harta orang lain dengan maksud untuk melunasi (hutangnya) maka Alloh
membayarkan dari hutangnya”. (HR. Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, dari Abu
Hurairah).[6]
وَعَنْ رَبِيْعِ ابْنِ سَبُرَةَ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (
إِنِّى كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِى اْلإِسْتِمْتَاعِ مِنَ النِّسَاءِ وَإِنَّ
اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذَالِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ
مِنْهُنَّ شَيْئٌ فَلْيُحَلِّ سَبِيْلَهَا وَلاَ تَأْخُذُوْا مِمَّا
أتَيْتُمُوْاهُنَّ شَيْئًا) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَأَبُوْا دَاوُدَ
وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ مَاجَهُ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ
“Dari Rabi' Ibnu Saburah, dari ayahnya Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku
dahulu telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mut'ah dan
sesungguhnya Allah telah mengharamkan cara itu hingga hari kiamat. maka
barangsiapa yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mut'ah, hendaknya ia
membebaskannya dan jangan mengambil apapun yang telah kamu berikan padanya”. (Riwayat
Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban).[7]
عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا
: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ
عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
[حديث
حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]
“Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma :
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya
Allah ta’ala memafkan umatku karena aku (disebabkan beberapa hal) : Kesalahan,
lupa dan segala sesuatu yang dipaksa”.(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu
Majah dan Baihaqi dan lainnya).[8]
عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد
السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ
إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي
الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ
النَّاسُ .
[حديث
حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]
“Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi
radhiallahuanhu dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku
sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka
beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan
zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia”.(Hadits
hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan).[9]
ﻛُﻠُﻮْﺍﺟَﻤِﻴْﻌًﺎﻭَﻻَﺗَﻔَﺮﱠﻗُﻮْﺍﻓَﺎِٕﻥﱠﺍْﻟﺒَﺮَﻛَﺔَﻣَﻊَﺍْﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ(رﻭﺍﻩﺑﻦﻣﺎﺟﺔ)
“makan lah kamu bersama – sama dan jangan berpisah – pisah, karena
seseungguhnya keberkatan itu dalam bersama”. ( diwiraytkan oleh Ibnu Majah).[10]
ﺍَﻟﻠﱠﻬُﻢﱠﺍِﻧِّﻰﺍَﻋُﻮْﺫُﺑِﻚَﻣِﻦْﺧَﻠِﻴْﻞٍﻣﺎَﻛِﺮٍ‚ﻋَﻴْﻨَﺎﻩُﺗَﺮَﻳﺎَﻧِﻰ‚ﻭَﻗَﻠْﺒُﻪُﻳَﺮْﻋَﺎﻧِﻰ‚ﺍِﻥْﺭَﺍٰﻯٰﺣَﺴَﻨَﺔًﺩَﻓَﻨَﻬَﺎ‚ﻭَﺍِﻥْﺭَﺍٰﻯﺳَﻴَِّٔﺔًﺍِﺫَﺍﻋَﻬَﺎ(ﺭﻭﺍﻩﺍﺑﻦﻣﺎﺟﻪ)
“Ya Allah! sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau supaya
dijauhkan dari teman yang curang: Kedua matanya melihat ku, hatinya
memperlihatkanku “Kalau dia melihat yang baik (pada diriku) disembunyikannya,
tetapi kalau dia melihat keburukan, disiarkannya.” (Diwirayatkan oleh Ibnu
Majah).[11]
الْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ
هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ اْلأَمَانِيَّ
“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu menundukkan nafsu dan
berbuat (beramal soleh) untuk kehidupan sesudah mati. Sedangkan orang yang
lemah ialah orang yang menuruti dirinya mengikuti hawa nafsu dan berangan-angan
agar Alloh menganugerahi sesuatu sesuai dengan yang diharapkan”.(HR. Ahmad,
Turmudzi, Ibnu Majah, dan Haakim, dari Syadad bin Aus).[12]
مُسْلِمٌ كُلِّ عَلَى فَرِيْضَة الْعِلْمِ طَلَبُ
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang
Islam”. (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari
Anas bin Malik).[13]
إِنَّمَا
اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sungguh, amal
itu hanyalah menurut niatnya”. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i,
dan Ibnu Majah dari Umar ibn Khatthab).[14]
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -
رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ( أَنَّ جَارِيَةً بِكْرًا أَتَتِ النَّبِيَّ صلى الله
عليه وسلم فَذَكَرَتْ: أَنَّ أَبَاهَا زَوَّجَهَا وَهِيَ كَارِهَةٌ , فَخَيَّرَهَا
اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ ,
وَابْنُ مَاجَهْ , وَأُعِلَّ بِالْإِرْسَالِ
“Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa
ada seorang gadis menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu bercerita
bahwa ayahnya menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukai. Maka Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberi hak kepadanya untuk memilih”. (Riwayat
Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Ada yang menilainya hadits mursal).[15]
[1] Diambil dari www.kumpulan hadis riwayat
ibnu majah.com
[2]Diambil dari www.google.com
[3]Diambil dari www. Kumpulan hasis-hadis rosul.com
[5]Diambil dari www.google.com
[6]Diambil dari www.google.com
[8]Diambil dari www.google.com
[10]Diambil dari www.kumpulan hadis riwayat
ibnu majah.com
[11]Diambil dari www. Kumpulan hasis-hadis rosul.com
[12]www.google.com
[13]Diambil dari www.google.com
[14]Diambil dari www.kumpulan hadis riwayat
ibnu majah.com
[15]Diambil dari www. Kumpulan hasis-hadis rosul.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar